Sabtu, 02 Januari 2016

Kesemrawutan Kaliwungu

.
Kaliwungu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kendal dimana daerah ini termasuk daerah yang ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor. Sepanjang ruas jalan yang saya amati adalah sebuah pertokoan.

Lokasi ini  berada di daerah sekitar pasar sore kaliwungu yaitu pasar yang hanya buka setiap sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB sampai dengan tengah malam. Disebelah selatan  pasar sore terdapat jalan yang digunakan untuk menuju desa Plantaran dan menuju kecamatan Boja. Di samping itu, disekitar pasar sore tersebut juga terdapat masjid yang biasa digunakan sebagai tempat beribadah pengemudi yang melewati daerah tersebut.
Jenis kendaraan yang melewati jalan ini mayoritas adalah kendaraan pribadi seperti mobil pribadi dan sepeda motor. Sepanjang ruas jalan yang menuju arah Boja ini dipenuhi dengan pertokoan. Namun, dalam jam tertentu yaitu antara jam 06.00-08.00 dan 18.00-20.00 mobil apapun dilarang melewati ruas jalan Sawah Jati-Kaliwungu.
Daerah pasar sore merupakan daerah yang sejak lama ada di Kecamatan Kaliwungu yang mungkin keberadaannya tidak asing lagi bagi dareah Kaliwungu dan sekitarnya. Lalu lintas yang terjadi ketika sore hari sangat ramai dan terkadang macet karena di daerah tersebut banyak pejalan kaki yang memiliki tujuan berbeda yaitu dari tujuan ke pasar dan tujuan ke masjid, selain itu, bertepatan juga dengan pegawai pabrik yang biasa pulang sore hari dan itu menambah volume lalu lintas yang melewati ruas jalan Sawah-jati.

A.     Gambaran Umum Pemasalahan
Ruas jalan Sawah-jati yang saya amati memiliki beberapa permasalahan lalu lintas. Diantaranya adalah geometri ruas jalan, kapasitas ruas jalan, rambu lalu lintas serta pengaturan parkir yang tidak teratur, yang semuanya itu akan menentukan tingkat pelayanan ruas jalan.
1.      Geometri ruas jalan


2.      Lebar jalan
Prasarana jalan pada ruas jalan Sawah-jati mendapat perhatian yang lebih. Desain geometris jalan yang kurag baik karena lebar jalan tersebut dianggap belum efektif untuk menampung volume lalu lintas yang melewati ruas jalan pada saat jam sibuk. Lebar jalan di ruas jalan ini hanya 3,5 meter untuk 2 arah.
3.      Kondisi jalan
Kondisi jalan di ruas jalan ini kurang baik karena jenis perkerasan yang tidak terlalu baik. Terdapat jalan yang rusak atau berlubang. Perkerasan jalan ini sudah disesuaikan dengan jenis kendaraan yang diperbolehkan melewati ruas jalan ini, namun karena pelanggaran yang sering terjadi yaitu mobil muatan melewati ruas jalan ini sehingga jalan gampang rusak. Jenis konstruksi jalan dengan perkerasan aspal dan permukaan jalan rata.
4.       Trotoar
Trotoar adalah bagian dari daerah manfaat jalan yang berfungsi sebagai jalur pejalan kaki yang pelayanannya ditingkatkan/diperkeras, yang dirancang berdasarkan kebutuhan minimum dengan memperhatikan keamanan, kelancaran, dan kenyamanan bagi pejalan kaki dan penyandang cacat.
Dari sepanjang ruas jalan Sawah-jati yang saya amati terdapat trotoar tapi hanya ada satu sisi saja itu pun kurang berfungsi sebagaimana peruntukkannya. Seperti contoh masih banyak digunakan sebagai tempat berjualan pedagang.


5.      Drainase / Saluran Air
Di ruas jalan Sawah-jati tidak terdapat drainase atau saluran air yang berada di samping kanan-kiri atau pun saluran yang berada di bawah trotoar. Hal ini menyebabkan air tidak bisa mengalir dan menggenang dan itu menjadi penyebab jalan cepat rusak.

6.      Belum diaturnya lahan parkir
Parkir di daerah ini masih sangat rancau, hal ini terjadi karena belum adanya tempat parkir yang tersedia. Sesuai dengan peraturan perparkiran bahwa suatu ruas jalan sebaiknya memiliki tempat parkir apalagi di daerah tersebut adalah daerah pertokoan.


7.      Kurangnya Rambu Lalu Lintas
Di ujung ruas jalan sawah-jati Kaliwungu ini belum terdapat rambu pertigaan jalan yang merupakan titik pertemuan antara jalan Pandean, jalan Sawah-jati dan jalan ke arah Plantaran.



8.      Pangkalan becak yang di sembarang tempat
Ketidak teraturan pada ruas jalan ini ditambah dengan keberadaan tukang becak yaang menempatkan becaknya di sembarang tempat, hal ini menyebabkan fungsi dri jalan tersebut menjadi berkurang.



A.     Indikator untuk perhitungan Tingkat Pelayanan Jalan
      1. Marka Jalan
Belum terdapat marka jalan jenis apapun di ruas jalan ini. Marka di ruas jalan biasanya digunakan sebagai pembatas jalan, pemisah arah, atau pun digunakan sebagai marka untuk parkir.

2. Pemisahan Jenis Kendaraan


Pemisahan jenis kendaraan perlu dilakukan karena menurut saya lebar jalan yang ada di ruas jalan Sawah-jati ini telalu sempit untuk pergerakan lalu lintas terutama pada sore hari. Terdapat berbagai jenis kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemisahan jenis kendaraan agar tidak mengganggu lau lintas.

C.      Indikator Untuk Mengukur Tingkat Pelayanan Jalan
1. Tingkat Pelayanan (tergantung arus)
adalah ukuran kualitatif yang digunakan HCM dan menerangkan kondisi operasional dalam arus Lalu Lintas dan penilainnya oleh pemakai jalan. Terdapat 6 buah tingkat pelayanan.


TINGKAT PELAYANAN JALAN
Tingkat Pelayanan
Karakteristik-Karakteristik
Batas Lingkup V/C
A
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi dan volume lalu lintas rendah. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkannya tanpa hambatan
0,00 – 0,19
B
Dalam zone arus stabil. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatannya
0,20 – 0,44
C
Dalam zone arus stabil. Pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatannya.
0,45 – 0,74
D
Mendekati arus tidak stabil dimana hampir seluruh pengemudi akan dibatasi volume pelayanan berkaitan dengan kapasitas yang dapat ditolerir (diterima)
0,75 – 0,84
E
Volume lalu lintas mendekati atau berada pada kapasitanya. Arus adalah tidak stabil dengan kondisi yang sering berhenti
0,85 – 1,00
F
Arus yang dipaksakan atau macet pada kecepatan-kecepatan yang rendah. Antrian yang panjang dan terjadi hambatan – hambatan yang besar
Lebih besar dari 1,00

Sedangkan untuk melakukan perhitungan tingkat pelayanan suatu ruas jalaan dapat digunakan rumus:
Keterangan :
Los        : Level of Service (Tingkat Pelayanan Jalan)
V           : Volume kendaraan (smp)
C           : Kapasitas jalan (smp/jam)
Indikator untuk melakukan tingkat pelayanan jalan yaitu denan volume dan kapasitas.
1.      Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu padaa suatu waktu tertentu. Volume kendaraan dapat dicari dengan perkalian antara nilai ekuivalensi dengan perhitungan jumlah kendaraan yang sudah dikelompokkan. Untuk setiap jenis kendaaran bermotor memiliki nilai ekuivalensi yaang berbeda-beda tergantung standar yang sudah ditentukan.
Untuk mengetahui nilai ekuivalensi yaitu :
HVekuivalensi             : 1,2*HV
LVekuivalensi                  : 1*LV
MCekuivalensi             : 0,25*MC
Perhitungan dari volume jalan sebagai berikut
V = HV ekuivalensi  + LV ekuivalensi + MC ekuivalensi

2.      Kapasitas Ruas Jalan
MKJI (1997) mendefinisikan kapasitas sebagai arus maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah ( kombinasi dua arah) , tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisah per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
               Persamaan dasar untuk menghitung kapasitas ruas jalan dalam MKJI (1997) adalah sebagai berikut:
Jalan Perkotaan:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
Jalan Luar Kota:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Jalan Bebas Hambatan:
C = Co x FCw x FCSP

dimana:   
  C         = kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Co         = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw      = faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas
FCSP     = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCSF     = faktor penyesuaian akibat hambatan samping
FCCS    = faktor penyesuaian ukuran kota
          
D.     Langkah-Laangkah Manajemen Rekayasa Lalu Lintas
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan perhitungan volume lalu lintas yang nantinya digunakan sebagai perhitungan untuk menentukan tingkat pelayanan jalan. Masalah yang teridentifikasi misalkan volume lalu lintas, perambuan, parkir, dan pemisahan jenis kendaraan. Dan data yang diperoleh nantinya dapat digunakan untuk mengidentifiaksi masalah di ruas jalan tersebut.
2. Tingkat Pelayanan Jalan
Untuk Jalan Sawah-jati ini tingkat pelayanan jalan dapat diketahui dari hasil survey perhitungan volume lalu lintas dan survey inventarisasi jalan. Tingkat pelayan jalan ini dapat dicari dengan V/C Ratio. Setelah itu dapat ditentuka teknik manajemen yang akan dilakukan pada ruas jalan tersebut.
3. Kebijakan
Kebijakan ini dapat diterapkan setelah tingkat pelayanan ruas jalan telah ditentukan. Kebijakan ini dapat diaplikasikan dalam bentuk manajemen rekayasa lalu lintas yang nantinya kebijakan tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat.
4. Perekayasaan
Setelah dilakukan pengamatan dapat dilakukan perekayasaan di ruas jalan Sawah-jati, diantaranya adalah:
·         Perbaikan geometri jalan
·         Pengendalian tempat parkir
·         Pengendalian pedagang kaki lima dan toko yang menggunakan trotoar
·         Pengadaan rambu lalu lintas
·         pengendalian pangkalan tukang becak
·         Pengoptimalisasian trotoar untuk pengguna jalan
5. Pengawasan
Pengawasan terdiri dari evaluasi/penilaian, tindakan korektif, dan penegakan hokum. Fungsi pengawasan dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan kewenanganya masing-masing. Hal ini bertujuan agar apaa yang telah diaplikasikan dapat dilanjutkan dengan baik.


E.      Teknik dan Strategi
1.      Manajemen Kapasitas
Langkah pertama dalam manajemen lalu lintas adalah membuat penggunaan kapasitas ruas jalan seefektif mungkin sehingga pergerakan kendaraan lalu lintas menjadi lancar. Beberapa penerapan dari manajemen kapasitas seperti perbaikan geometriknya, manajemen parkir di tepi jalan (on street parking), pemisahan tipe kendaran di ruas jalan. Berikut ini beberapa teknik dan strategi MRLL yang dapat dilakukan di Ruas jalan Sawah-jati :
a.      Pengendalian Pedagang Kaki Lima
Pengendalian ini perlu dilakukan karena jumlah pedagang yang menempati trotoar sebagi tempat berjualan sudah sangat banyak.Hal ini mengganggu pengguuna jalan terutama pejalan kaki yang melewati ruas jalan ini. Perlu dilakukan tindakan untuk memindahkan pedagang kaki lima agar tidak mengganggu arus lalu lintas.
b.      Pengendalian Parkir
Tidaknya rambu parkir pada ruas jalan Sawah-jati menyebabkan parkir menjadi tidak teratur. Banyak kendaraan bermotor yang meletakkan kendaraannya disembarang tempat. Hal ini juga menyebabkan arus lalu intas menjadi terganggu akibat berkurangnya badan jalan dan akibatnya salah satu kendaraan harus berhenti saat bersimpangan.

    2. Manajemen Permintaan
Teknik-teknik yang mungkin dapat digunakan dalam teknik ini adalah:
1.      Penambahan Marka Jalan
Marka jalan perlu ditambahkan dalam ruas jalan ini karena di ruas jalan ini sama sekali belum ada marka jalan. Marka jalan ini diperlukan karena dianggap penting agar pengguna jalan dapat mengetahui batasan-batasan badan jalan.
2.      Penambahan Rambu lalu lintas
Pada simpang tiga dari titik pertemuan antara jalan sawah-jati,  pandean, dan ke arah Plantaran perlu di tambahkan rambu petunjuk agar pengguna jalan dapat megurangi kecepatan saat menuju pertigaan tersebut.
3.      Manajemen Prioritas
Dalam hal ini terdapat beberapa prioritas sebagai beberapa pilihan, diantaranya adalah memprioritaskan pejalan kaki dan pengguna angkutan umum agar tidak terjadi penumpukan pejalan kaki di ruas tersebut.
1.      Prioritas Pejalan Kaki
Banyaknya pejalan kaki yang melewati jalan ini menimbulkan gangguan arus lalu lintas di sepanjang ruas jalan Sawah-jati, oleh karena itu pejalan kaki menjadi prioritas utama untuk daerah ini. Keberadaan pejalan kaki perlu menjadi perhatian  kita untuk menambahkan fasilitas untuk pejalan kaki sendiri,misalkan marka penyebrangan agar pejalan kaki tidak menyebrang di sembarang tempat.
2.      Prioritas Jenis Kendaraan
Jenis Kendaraan menjadi prirotas selanjutnya karena ruas jalan Sawah-jati memiliki lebar yang minim oleh karena itu perlu diadakan pembatasan jenis kendaraan yang melewati jalan tersebut.